Palos Verdes Blue dan Atap Kaca
"Pernah terbayangkan seandainya kita berada dalam sebuah ikatan cinta?"
Pertanyaan semacam itu bukanlah pertanyaan yang bisa ditanyakan kapan saja dan kepada siapa saja. Karena efek dari pertanyaan tersebut bisa luar biasa dampaknya bagi kebanyakan orang. Apalagi kalau yang bertanya adalah orang yang selama ini seperti berada di balik sisi atap kaca yang berbeda dengan kita. Kita selalu dekat, bisa tertawa bersama, bisa mengagumi keindahannya yang bak Kupu-kupu Palos Verdes Blue yang langka, anggun dan cantik. Tapi.... Tak terjangkau. Out of reach. Terhalang atap kaca.
Well... Palos Verdes Blue yang tampak indah dan rapuh itu melontarkan pertanyaan tersebut beberapa malam lalu. Dari sebuah celah kecil di sudut atap kaca yang mulai meretak.
Reaksi saya yang paling dominan adalah bingung. Jantung saya tiba-tiba berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Salah tingkah, mati gaya apalah namanya menghampiri saya.
Ya. Dia tau saya semenjak dulu ingin memetiknya. Tapi - dengan segala jurus dan usaha bodoh mempertahankan harga diri yang pernah terkoyak - saya selalu mengelak dari tuduhan-tuduhannya kalau saya selama ini sebenarnya ingin sekali menangkapnya dan menyimpannya di dalam taman kecil asri di depan teras hati saya. Karena Palos Verdes Blue yang anggun tak selayaknya berada di belantara asap berbau busuk menyengat.
"Pernah ," jawab saya sekenanya seolah-olah kalimat tersebut keluar dari mulut saya tanpa beban yang langsung saya sambung dengan pertanyaan lagi, "Kamu sendiri pernah memikirkan hal itu?"
Detik demi detik berlalu... Kupu-kupu tak kunjung menjawab. Saya menduga ia akan menjawab "Tidak.". Karena mana mungkin ia mau turun dari langit menembus atap kaca dan pindah ke taman saya yang mungil.
"Tidak pernah....."
Sigh... sudah bisa ditebak. Detak jantung saya - mau tidak mau - kembali normal, hingga saat ia melanjutkan kalimatnya.
"Aku tidak perlu memikirkannya. Karena apa yang aku rasakan di antara kita sudah cukup nyata tanpa perlu dibayangkan."
"Perasaan seperti apa yang kamu rasakan??!" Tanya saya penasaran. Persetan dengan harga diri saya.
Whuzzzz.......!!
Palos Verdes Blue yang seringan bulu dan serapuh hati pun terhempas angin... kian jauh keatas. Jauh dari atap kaca yang sedikit lagi pecah berhamburan.
Saya tetap berdiri menatap ke langit... Barisan awan kini satu-satunya yang terlihat dari balik atap kaca.
Dan saya masih berdiri... dengan sebuah pertanyaan tak terjawab. Palos Verdes Blue kembali jauh dari jangkauan.
0 comments:
Post a Comment