Say No to Global Warming
"Bumi ini semakin panas…." , begitulah sepotong lirik dari sebuah lagu dangdut yang dibuat jauh sebelum hingar bingar Global Warming mendunia. Mungkin sang pencipta lagu itu juga tidak menyangka bahwa panasnya bumi ini tidak hanya menyebabkan gerah saja, tetapi lebih besar lagi seperti bencana alam dan bencana kemanusiaan.
Sebetulnya apa itu Global Warming? Global Warming atau Pemanasan Global (kok terjemahannya bukan Penghangatan Global yah? Apa klo pake kata ‘hangat’ efeknya kurang dramatis?) ialah suatu kondisi dimana suhu atmosfir planet yang kita diami ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Apa penyebabnya?
Jadi gini, secara alami bumi ini dihangatkan oleh siraman sinar matahari yang dipancarkan oleh matahari melewati atmosfir hingga mencapai bumi dan dipantulkan kembali ke luar atmosfir lagi. Sedangkan sebagian hangat itu akan terperangkap di bumi. Nah, lapisan atmosfir itu sendiri terdiri dari sub-sub lapisan berbagai macam gas yang beberapa diantaranya disebut gas-gas rumah kaca. Salah satu gas-gas rumah kaca itu adalah Karbondioksida (CO2).
Industrialisasi yang semakin pesat dimana setiap negara berlomba-lomba ingin menjadi negara industri maju (Indonesia yang ngakunya Negara Agraris aja diam-diam mulai tertarik menjadi Negara Industri, huh!) adalah penyebab utama meningkatnya buangan karbondioksida ke udara, belum lagi lewat kendaraan bermotor.
Semakin banyak karbondioksida dilepas ke udara, semakin tebal pula lapisan atmosfir bumi, sehingga pantulan panas dari bumi yang sedianya harus dilepas di angkasa melewati atmosfir menjadi muter-muter aja di bumi (kalo kata temen saya, “kaya kentutnya hansip!”). The result is..... panas yang mandek di bumi pun terakumulasi dan menyebabkan......*jeng jeng jeng* Global Warming!
So.. bisa dibayangkan kan kalo hal ini terus-terusan terjadi?!?! Apa kita mau anak cucu kita nanti menjadi sweaty kids?!?!? *halah*. FYI, beberapa bulan lalu UN Intergovernmental Panel on Climate Change meramalkan bahwa pada tahun 2100 rata-rata suhu bumi akan meningkat sebesar 1.8 – 4.0o C!
Akibat dari Global Warming?
Banyaaaaaaaaak…. Secara luas Global Warming dapat menyebabkan: meningkatnya permukaan air laut (banyak pulau akan hilang), bencana alam ekstrim seperti banjir, badai, tornado dsb, perubahan kelembaban udara, perubahan produksi pertanian, melelehnya es di kutub, punahnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, munculnya penyakit-penyakit baru dan masih banyak lagi. Surprising, huh? Jadi jangan kaget klo nanti tiba-tiba di Jakarta turun salju.
Solusinya?
Well, sebuah kesepakatan mengenai pemanasan global telah disepakati dalam United Nations Conference on Climate Change di Kyoto, Jepang pada tahun 1997. Kesepakatan ini dikenal dengan nama Kyoto Protocol. Negara-negara industri berkomitmen akan mengurangi emisi karbondioksidan dan 5 gas rumah kaca lainnya. Hingga akhir tahun 2006, sejumlah 169 negara telah meratifikasi Kyoto Protocol yang artinya mereka berkomitmen untuk melindungi bumi ini. And guess what? Ada dua negara besar yang masih ogah meratifikasi Kyoto Protokol, yaitu.... Amerika dan Australia. Alasannya, akan “takut nanti akan mempengaruhi tingkat ekonomi”. Semoga dalam United Nations Conference on Climate Change di Bali Desember nanti akan lahir perubahan positif dalam usaha mengurangi pemanasan global ini.
What can we do?
Reduce, Reuse, Recycle
Kurangi sampah buangan dengan menggunakan produk-produk yang dapat digunakan kembali. Dan kalo bisa, daur ulanglah sampah-sampah kertas, plastic, kaca dan kaleng yang ada disekitar kamu. Dengan mendaur ulang setengah dari sampah rumah tangga artinya kamu telah mengurangi sekitar 1200 kg karbondioksida per tahun.
Use Less Heat and Air Conditioning
Klo nggak menderita amat, di rumah jangan pake pendingin atau pemanas ruangan yah. Kan bisa buka/tutup jendela atau pintu. Tahu berapa jumlah karbondioksida yang bisa dikurangi kalau kita hemat dalam penggunaan AC? 1000 kg per tahun!
No Bohlam
Ganti tuh semua bohlam kuning tempo dulu dengan lampu neon yang lebih hemat energi. Lampu neon 10 kali lebih tahan lama daripada bohlam biasa, 2/3 lebih hemat dalam penggunaan energi dan suhu lampu neon 70% lebih kecil dibanding bohlam. Klo tiap 150 juta orang mengganti satu bohlam dengan neon, maka 45 milyar kg gas rumah kaca akan hilang atau sama dengan membuang 7.5 juta mobil dari jalanan.
Drive Less, Drive Smart
Makin dikit mobil di jalanan berarti makin dikit pula emisi gas buangan. Selain menghemat bensin, jalan kaki dan naik sepeda bikin sehat juga loh. Sekali-kali naek angkutan umum seru juga kok. Atau klo ada, pake fasilitas antar-jemput dari sekolah/kantor aja. Kalo keukeuh pake mobil/motor sendiri, make sure pake yang ramah lingkungan.
Use the “Off”
Tombol off di saklar lampu bukan pajangan doang loh. Klo ruangan lagi gak dipake, matiin aja lampunya. Sama juga buat TV, air, DVD player, charger dll. Khusus untuk air, pas sikat gigi atau menyabuni muka, kayaknya keran air matiin dulu deh…
Green Green Green
Mari kita gerakkan hobi menanam tumbuh-tumbuhan. Selama fotosintesis, tumbuhan akan menyerap karbondioksidan dan melepaskan oksigen. Seumur hidupnya, satu pohon besar akan menyerap sekitar 1 ton karbondioksida sepanjang hidupnya.
Dan terakhir dan tidak kalah penting….
Encourage Other.
Berbagilah informasi mengenai daur ulang dan penghematan energi dengan teman-teman, tetangga atau rekan kerja anda. Semakin banyak orang peduli terhadap lingkungan, maka bumi juga akan semakin sayang sama kita.
::Ronn:: from many sources
Sebetulnya apa itu Global Warming? Global Warming atau Pemanasan Global (kok terjemahannya bukan Penghangatan Global yah? Apa klo pake kata ‘hangat’ efeknya kurang dramatis?) ialah suatu kondisi dimana suhu atmosfir planet yang kita diami ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Apa penyebabnya?
Jadi gini, secara alami bumi ini dihangatkan oleh siraman sinar matahari yang dipancarkan oleh matahari melewati atmosfir hingga mencapai bumi dan dipantulkan kembali ke luar atmosfir lagi. Sedangkan sebagian hangat itu akan terperangkap di bumi. Nah, lapisan atmosfir itu sendiri terdiri dari sub-sub lapisan berbagai macam gas yang beberapa diantaranya disebut gas-gas rumah kaca. Salah satu gas-gas rumah kaca itu adalah Karbondioksida (CO2).
Industrialisasi yang semakin pesat dimana setiap negara berlomba-lomba ingin menjadi negara industri maju (Indonesia yang ngakunya Negara Agraris aja diam-diam mulai tertarik menjadi Negara Industri, huh!) adalah penyebab utama meningkatnya buangan karbondioksida ke udara, belum lagi lewat kendaraan bermotor.
Semakin banyak karbondioksida dilepas ke udara, semakin tebal pula lapisan atmosfir bumi, sehingga pantulan panas dari bumi yang sedianya harus dilepas di angkasa melewati atmosfir menjadi muter-muter aja di bumi (kalo kata temen saya, “kaya kentutnya hansip!”). The result is..... panas yang mandek di bumi pun terakumulasi dan menyebabkan......*jeng jeng jeng* Global Warming!
So.. bisa dibayangkan kan kalo hal ini terus-terusan terjadi?!?! Apa kita mau anak cucu kita nanti menjadi sweaty kids?!?!? *halah*. FYI, beberapa bulan lalu UN Intergovernmental Panel on Climate Change meramalkan bahwa pada tahun 2100 rata-rata suhu bumi akan meningkat sebesar 1.8 – 4.0o C!
Akibat dari Global Warming?
Banyaaaaaaaaak…. Secara luas Global Warming dapat menyebabkan: meningkatnya permukaan air laut (banyak pulau akan hilang), bencana alam ekstrim seperti banjir, badai, tornado dsb, perubahan kelembaban udara, perubahan produksi pertanian, melelehnya es di kutub, punahnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, munculnya penyakit-penyakit baru dan masih banyak lagi. Surprising, huh? Jadi jangan kaget klo nanti tiba-tiba di Jakarta turun salju.
Solusinya?
Well, sebuah kesepakatan mengenai pemanasan global telah disepakati dalam United Nations Conference on Climate Change di Kyoto, Jepang pada tahun 1997. Kesepakatan ini dikenal dengan nama Kyoto Protocol. Negara-negara industri berkomitmen akan mengurangi emisi karbondioksidan dan 5 gas rumah kaca lainnya. Hingga akhir tahun 2006, sejumlah 169 negara telah meratifikasi Kyoto Protocol yang artinya mereka berkomitmen untuk melindungi bumi ini. And guess what? Ada dua negara besar yang masih ogah meratifikasi Kyoto Protokol, yaitu.... Amerika dan Australia. Alasannya, akan “takut nanti akan mempengaruhi tingkat ekonomi”. Semoga dalam United Nations Conference on Climate Change di Bali Desember nanti akan lahir perubahan positif dalam usaha mengurangi pemanasan global ini.
What can we do?
Reduce, Reuse, Recycle
Kurangi sampah buangan dengan menggunakan produk-produk yang dapat digunakan kembali. Dan kalo bisa, daur ulanglah sampah-sampah kertas, plastic, kaca dan kaleng yang ada disekitar kamu. Dengan mendaur ulang setengah dari sampah rumah tangga artinya kamu telah mengurangi sekitar 1200 kg karbondioksida per tahun.
Use Less Heat and Air Conditioning
Klo nggak menderita amat, di rumah jangan pake pendingin atau pemanas ruangan yah. Kan bisa buka/tutup jendela atau pintu. Tahu berapa jumlah karbondioksida yang bisa dikurangi kalau kita hemat dalam penggunaan AC? 1000 kg per tahun!
No Bohlam
Ganti tuh semua bohlam kuning tempo dulu dengan lampu neon yang lebih hemat energi. Lampu neon 10 kali lebih tahan lama daripada bohlam biasa, 2/3 lebih hemat dalam penggunaan energi dan suhu lampu neon 70% lebih kecil dibanding bohlam. Klo tiap 150 juta orang mengganti satu bohlam dengan neon, maka 45 milyar kg gas rumah kaca akan hilang atau sama dengan membuang 7.5 juta mobil dari jalanan.
Drive Less, Drive Smart
Makin dikit mobil di jalanan berarti makin dikit pula emisi gas buangan. Selain menghemat bensin, jalan kaki dan naik sepeda bikin sehat juga loh. Sekali-kali naek angkutan umum seru juga kok. Atau klo ada, pake fasilitas antar-jemput dari sekolah/kantor aja. Kalo keukeuh pake mobil/motor sendiri, make sure pake yang ramah lingkungan.
Use the “Off”
Tombol off di saklar lampu bukan pajangan doang loh. Klo ruangan lagi gak dipake, matiin aja lampunya. Sama juga buat TV, air, DVD player, charger dll. Khusus untuk air, pas sikat gigi atau menyabuni muka, kayaknya keran air matiin dulu deh…
Green Green Green
Mari kita gerakkan hobi menanam tumbuh-tumbuhan. Selama fotosintesis, tumbuhan akan menyerap karbondioksidan dan melepaskan oksigen. Seumur hidupnya, satu pohon besar akan menyerap sekitar 1 ton karbondioksida sepanjang hidupnya.
Dan terakhir dan tidak kalah penting….
Encourage Other.
Berbagilah informasi mengenai daur ulang dan penghematan energi dengan teman-teman, tetangga atau rekan kerja anda. Semakin banyak orang peduli terhadap lingkungan, maka bumi juga akan semakin sayang sama kita.
::Ronn:: from many sources
8 comments:
Jakarta makin panasssss....
Bogor jg uda g indah lg,
Gimana donk????
pindah ke Sukabumi aja yuk...
think globally..act locally..
dan mulai dari sekarang !!
act naturally! :D
koq namanya ga global heating aja ya.klo warming kan kesannya panas yg positif (hangat). dijakarta turun salju? asik donq bro :P
Eh, orang pada cuek semua soal globang warming, soalnya efeknya nggak langsung. Padahal kalau ngga segera diatasi dampaknya ke anak-cucu kita nanti.
*Ngambil lirik dari lagu dangdut ya.... aii berarti "Kamyuu ketahuan...suka dangdutan"
Iya nih, di Bandung aja sekarang panasnya bukan main, padahal dulu sih kalau jalan2 di Bandung sejuk banget. Butuh cuman 10 tahun dari waktu masih sejuk sampai panas kayak sekarang. Kalau sampai kiamat butuh berapa taun ya?
setuju banget mas.. BTW, minta ijin beberapa bagiannya saya pinjam buat artikel..
Tengkyu
Post a Comment