Wednesday, October 04, 2006

Pox Pox Pox

Selama 2 minggu kemarin (19 Sept s/d 3 Okt) sebuah kejadian luar biasa (KLB) memaksa saya keluar dari rutinitas pekerjaan sehari-hari *salah satunya chatting & online, heueheuehe*. Apa luar biasanya? Penting banget ya? Bagi saya sih penting. Sama pentingnya dengan menikah atau disunat, sebuah siklus hidup yang (idealnya) cukup terjadi sekali seumur hidup. Penasaran? *penonton kompak menjawab: "tidaaaaaaaaaaaak"*.Okay, this is what happened: saya terserang... CACAR AIR!!! Yeah, yeah, yeah, pasti komentar pertama adalah: "Hah?! Kok kaya anak kecil? Emang belom pernah? Kemana aja waktu kecil?". Bahkan kalimat pertama yang keluar dari dokter yang memeriksa saya, "Idiih… gede-gede kena cacar." Yess... it's too late. I should've been infected when I was much younger *sigh*. Tahu kenapa? Karena rupanya tingkat keparahan cacar air berbanding lurus dengan usia penderita. Maksudnya, semakin tua kita, semakin berat pula penderitaan kita akibat cacar air (konon akan sangat membahayakan kalau sampai menyerang usus dan lambung!). And the worst part is... bekasnya tidak akan dapat hilang 100% seperti halnya bila kita terserang saat masih anak-anak. NOOOOOOO!!! *Ya Tuhan, maafkanlah siapapun yang telah menulari saya, amien.*

Tapi, sebagai orang yang selalu positive thinking (jangan jadi orang yang selalu mengeluh, dong), saya pun memegang teguh prinsip saya, yaitu: Daripada menyesali hal-hal buruk, lebih baik kita mensyukuri hal-hal kecil. Dan dalam hal ini ada beberapa hal yang saya syukuri:

1. Cacar tersebut tidak menyerang usus saya. Katanya, semakin banyak yang keluar di kulit justru semakin baik.
2. Sabun dan lotion pemutih yang selama ini saya gunakan tidak terlalu berkhasiat, sehingga kulit saya tetap berwarna gelap dan bekas cacar tidak terlalu kentara jika dibandingkan seandainya saya berkulit putih *Tapi tetep... setelah sembuh, tambah satu lagi vitamin yang rutin saya konsumsi, yaitu vitamin E yang berfungsi untuk membantu regenerasi kulit*.
3. Fortunately ini "cuma" cacar dan bukannya Herpes. Karena keduanya disebabkan oleh keluarga virus yang sama. Hiiy...


Setelah diperiksa di Bogor Medical Center (BMC) oleh Dr. Lindra Cuaca yang menyarankan agar banyak makan makanan tinggi protein dan kalori,


mengonsumsi berbagai macam obat-obatan, mulai dari beberapa antivirus yang diminum, bedak tabur sampai serbuk untuk berendam,


bed rest selama dua minggu penuh di rumah di Sukabumi dan hanya turun dari tempat tidur untuk ke kamar mandi (yeap, semua dilakukan di kasur, mulai dari makan-minum sampai menonton TV seharian, including infotainment 4x sehari),


akhirnya, dengan bintik-bintik di seluruh tubuh dan wajah *yang tidak terlalu banyak mengurangi rasa percaya diri saya*, saya pun siap untuk kembali beraktivitas dan menyelesaikan hal-hal yang tertunda. Tak peduli kemarin atasan saya mengatakan, "Hah? Kok udah mo masuk? Emang udah sembuh? Udah kering semua? Mending tunggu ampe bener-bener sembuh aja, soalnya gue kan belom pernah kena cacar! Takut ketularan"

Last but not least, saran saya buat yang sudah pernah kena cacar, bersyukurlah kalian… coz it felt terrible dan sangat menyiksa *bayangkan demam tinggi, ditambah kepala pusing, persendian sakit, serta gatal dan perih di seluruh permukaan kulit tanpa boleh menggaruknya, serta penampilan saat sakit yang sangat tidak sedap dipandang, arrrrgh!*. Bagi yang belum pernah, jaga stamina! Kalau perlu, sekarang juga pergi ke dokter dan minta di vaksin cacar. Memang sih vaksin ini tidak menjadikan 100% bebas cacar, tapi setidaknya mengurangi resiko, karena siapa pun bisa terserang, muda atau tua.

Note: Thanks to my mom who's taking care of me 24/7 *I felt like I was still 10 years old with all of her full attention and treatments*. It made me a whole lot better knowing that you were always there for me. Love you more and more. And thanks to everyone for all of your wishes and attentions. Thanks God, I am healed!

9 comments:

mutiara nauli pohan said...

wahhh aku juga belum pernah dapat loh sampe 27 thn begini, mudah2an jangan sampe *ngetok2 meja*

Mas Hery said...

setali dengan pohan (yang ngakunya bukan saudaranya anisa pohan) saya juga blom...moga dengan menulis komen disini virus tidak ikut menempel ke alamat blog saya..amin...

eh ya...waktu dokter bilang ""Idiih� gede-gede kena cacar" emang liat apanya sih? cacarnya? :D

selamat beraktivitas kembali bro...

Ronn said...

Uli: Mending lo minta divaksin deh... kan udah canggih sekarang... drpd terlambat.. hehehe

Kang Agus: Katanya di bandung jg lagi musim (ujan?), kang. Yang gede??? perutnya kali....

aLps said...

Oooo...jadi ini dongeng asal muasal si kartu merah BMC itu...

Ronn said...

hahaha...... sayang ga bisa dipake sbg kartu debit

v1rzh4 said...

kartu merah BMC apaan seeehhh???
kok gw gak tau??? pasti kalian menyembunyikan sesuatu. huuuhhh

*ngambek*

Ronn said...

Joan: hehehe.... kangen juga kerja bisa pake sepati kets, jeans belel dan kaos oblong....


Jhajha: Kan kemaren di LocoMoco anak2 pada ngeluarin kartu koleksinya masing-masing jha,,, masak lo ga inget? oh iya,,, malem itu lo kan lagi mellow jellow :P

It's My Life said...

Selamat datang di Club "pernah kena cacar"...hehe...

Anonymous said...

hy there, nice writing.
anyway gw mo nanya cara ngilangin bekasnya gimana ?
soalnya cowo gw juga baru kena and he's 31 years old :D dan kulitnya mayan putih lagi..
harus ke dokter kulit kah ?

thanks