Tuesday, June 13, 2006

life is a risk


Melihat kereta jam 8.30 itu mulai bergerak perlahan, kerinduan yang teramat besar sudah tergambar jelas di hari-hari berikut yang akan saya lalui. Nyamannya pelukan terakhir diatas kereta pun masih terasa sampai sekarang. Seumur-umur baru sekali ini saya mengantarkan kepergian my significant other (kecuali keluarga dan teman) ke stasiun dan menyaksikan keretanya pergi menjauh. Pernah sih, bis... with different person and in different city, tapi kok kalo kereta efek dramatisnya lebih dahsyat ya? *kebanyakan nonton film-film drama klasik atau yang bersetting tahun 40-50an nih :P*. Ga enak yah ternyata rasanya? hehe..

Norak? Berlebihan? Iya banget sih, apalagi in a week or two kita bakal ketemu lagi. Still... jarak dan intensitas pertemuan is always a big issue for me. I'm not a can-do-long-distance kinda guy. It's a tough one for me. Makanya, saya heran, kok bisa-bisanya saya mengambil langkah berani ini dengan segala resikonya.

Okay, forget about what will happened next. Perhaps it'll be just perfect or even.... painful. I'm ready to take the risk. What i'm gonna do now is trying to enjoy what happened today.. this time.. this hour... this minute... this second. Maybe it'll work or maybe it wont at all. At least i have the guts to take the risk.

3 comments:

mutiara nauli pohan said...

aku juga pernah kemaren sekali2nya nganterin cowo ku di stasiun gambir
rasanya gimana gitu yah... campur2
cant describe it with words

Anonymous said...

mmmmmm ron, mmmmm ciapa cih ron??waktu kamu nganter aku itu ya???hihiih lama2 ditabok nih gw.heheheh iya ron gw juga dulu sering....sampe mengeluarkan air mata gitu deh..huhuh gw bukan laki gw tapi...udha gitu gw baru sadar kalo selama pacaran pulsa gw jebollllllllllllll.

Mrs. Vita Jelita

Anonymous said...

nah ini nih yg g gosipin...hehehe...jd skrg gak jarak jauh lagikan sayyyy.....hiks...tp diriku masih jarak jauhan--hiks..help meeeeeeee......

Aju