Friday, March 31, 2006

berbagi kekecewaan

Review BERBAGI SUAMI from www.sinema-indonesia.com


Hat-trick Kalyana Shira Film setelah Arisan! dan Janji Joni ini bertanggung jawab membuat kalimat se-corny "berbagi suami" menjadi kalimat yang berkelas. Berbagi Suami seharusnya dijadikan benchmark buat film-film Indonesia yang bakal dirilis biar kita nggak malu dan dipermalukan lagi sama film Indonesia. Forget about Gie, saya berani bilang kalau Berbagi Suami adalah film Indonesia yang paling well-made yang pernah dibuat.

Oh my God, Berbagi Suami adalah film dengan ensemble cast yang nyaris sempurna. Nggak pernah saya nonton para aktor dan aktris berinteraksi dalam sebuah film Indonesia seseru nonton final Piala Uber waktu Susi Susanti masih cantik. Berbeda dengan film-film Indonesia lain, yang saya lihat di sini adalah karakter, bukan lagi para bintang-bintang yang berakting. Penyutradaraan Nia Dinata juga semakin mateng aja. Ini jelas film feminis. Dan kayaknya Nia berhasil membuat Wong Solo dan laki-laki gatel lain kebakaran bulu ketek. Untuk ini, Nia menjadi salah satu hero saya.

Berbagi Suami menceritakan tiga kisah yang saling berpotongan dengan rapi. Kisah pertama adalah kisah Salma, perempuan berpendidikan dari keluarga kaya yang mengalami poligami suaminya. Yang kedua adalah cerita seorang supir produksi film yang juga mengikuti sunnah rasul. Cerita ketiga adalah tentang poligami di sebuah keluarga Tionghoa.

Ketimbang serius-serius dan bikin suntuk, Nia lebih milih komedi untuk menjalankan misinya menghukum para laki-laki yang nggak bisa menyimpan burungnya tetep di dalem celana. Dan jadinya memang lucu sekali, sekaligus berkelas.

Seperti yang saya bilang tadi, ini adalah film Indonesia paling well-made. Camerawork di Berbagi Suami bisa diadu sama film-film luar. Sentuhan perusahaan film dari Perancis, Wallworks, jelas membuat film ini terlihat sebagai film yang bener-bener dibuat oleh para pro. Dan musiknya, (sekali lagi) oh my God, saya heran kenapa belum semua film Indonesia menggandeng anak-anak jenius di Aksara Records untuk mengisi soundtrack film-film mereka. Di Berbagi Suami, mereka bukan cuman mengisi musik, tapi mengisi jiwa film ini.

Kekurangan utama Berbagi Suami adalah, film ini sudah mengatakan semua yang mau ia katakan di dua pertiga film sehingga segmen ketiga terasa agak ngesot, di samping beberapa dialog yang kurang signifikan (termasuk dialog panjang soal bintang film Cina). Tapi secara keseluruhan, film ini juara. (NANDA MEILANI)


*****

Great review, bukan? Tadinya udah direncanain dari minggu lalu untuk menontonnya pekan ini bersama seseorang (ehm... ehm...). Perfect Plan-lah. Ceritanya sekalian mo nyobain Braga 21, gedung bioskop baru di Bandung. Tapi apa boleh buat, orang yang diajak untuk nonton telah mendahului saya (baca: nonton duluan di tempat yang sama dengan teman-temannya!). Rencana tinggal rencana. Hatiku hancurr,,,, serasa ditikam dari belakang. Hiks!! (sorry kalau agak diperbuas, tapi emang seperti itu yang saya rasakan). Kalaupun nanti beberapa hari mendatang saya akan menontonnya bersama seorang teman lain, it won't be the same. The movie wudn't be that good anymore. Sigh...

0 comments: